MEMBANGUN BUDAYA JUJUR LEWAT KETELADANAN
Coba kita perhatikan
fenomena di traffic ligh berapa
banyak pengendara yang menerobos lampu merah sebelum lampu hijau menyala,
begitu juga berapa banyak pengendara motor yang sudah tidak mengenal rambu-rambu
lalu lintas dengan menerobos penuh kecepatan tanpa melihat pejalan kaki atau
pengendara lain di sekitarnya. Apakah ini hasil pendidikan kita? Bukankah
pendidikan sudah semakin maju tapi mengapa tidak berjalan seimbang dengan
perilaku para pelajar kita? pertanyaan ini diajukan oleh dosen ketika saya
masih duduk di bangku kuliah. Sebuah pertanyaan yang patut menjadi renungan
kita bersama baik yang berkecimpung dalam dunia pendidikan maupun masyarakat
umum.
Perkembangan dunia
pendidikan saat ini
tidak disanksikan lagi sudah menempati posisi ideal yang diharapkan mampu mencetak generasi-generasi unggul. Hal ini terlihat misalnya dari semakin banyaknya lembaga pendidikan dengan jaminan lulusan yang berkualitas. Baik dari segi skill maupun kognitif. Masyarakat yang dahulunya tidak mampu melanjutkan pendidikan pun saat ini sudah diberikan akses yang mempermudah mereka melanjutkan pendidikanya. Walaupun tidak dipungkiri bahwa disisi lain masih banyak kekurangan yang perlu terus dibenahi.
tidak disanksikan lagi sudah menempati posisi ideal yang diharapkan mampu mencetak generasi-generasi unggul. Hal ini terlihat misalnya dari semakin banyaknya lembaga pendidikan dengan jaminan lulusan yang berkualitas. Baik dari segi skill maupun kognitif. Masyarakat yang dahulunya tidak mampu melanjutkan pendidikan pun saat ini sudah diberikan akses yang mempermudah mereka melanjutkan pendidikanya. Walaupun tidak dipungkiri bahwa disisi lain masih banyak kekurangan yang perlu terus dibenahi.
Pendidikan merupakan pintu
utama untuk melahirkan generasi-generasi handal dalam berbagai bidang
kehidupan. Oleh sebab itu, pendidikan senantiasa menjadi prioritas untuk dapat
dilalui oleh setiap orang dalam kehidupannya. Dengan ketersediaan lembaga
pendidikan saat ini baik yang formal maupun non formal setidaknya membdrikan
angin segar akan terlahirnya pribadi-pribadi unggul untuk kemudian menjadi
tonggak perubahan.
Untuk melahirkan
pribadi-pribadi unggul tersebut manajemen dan ketersediaan fasilitas sekolah
menjadi salah satu penunjang. Namun guru tetaplah menjadi titik central
bagaimana lulusan yang akan dicetak menjadi lulusan yang unggul dalam seg`la
bidang kehidupan.
Pendidikan saat ini yang
dengan segala kelebihan yang diberikan tidak disanksikan sudah memberi harapan
akan melahirkan generasi unggul. Tapi kenyataannya lulusan-lulusan yang
dihasilkan masih sebatas unggul dalam pengetahuan teori tapi belum dalam
tataran perilaku. Hal inilah yang menurut penulis penting untuk menjadi
perhatian kita bersama. Mengapa perilaku lulusan-lulusan berpendidikan kita
masih menjadi perbincangan dalam tataran perilaku yang kurang baik. Banyak
masyarakat yang mulai mengeluhkan bagaimana perilaku pelajar kita yang tidak
sesuai dengan tingkat kependidikan yang mereka dapatkan.
Kembali lagi, guru menjadi
sorotan. Mengapa? Karena gurulah yang paling berperan untuk mencetak
lulusan-lulusan tersebut menjadi lulusan yang unggul.
Saat ini sudah waktunya
pendidikan tidak hanya fokus bagaimana agar lulusan sekolahnya menjadi lulusan
unggul dalam prestasi, tetapi juga sudah harus mulai menciptakan dan membangun
budaya kejujuran dalam lingkup sekolah. Dengan terciptanya perilaku kejujuran
dalam pribadi setiap siswa lulusan pendidikan kita pun akan memberikan nuansa
baru yang sebenarnya menjadi harapan inti dari setiap orang tua yang menitipkan
anaknya dalam lembaga pendidikan.
Selanjutnya bagaimana
membiasakan perilaku jujur dalam pribadi siswa/i menjadi tantangan tersendiri
bagi dunia pendidikan. Tantangan ini terasa berat karena harapan tumbuhya
kejujuran tersebut masih diberikan dalam batas teori di kelas dan arahan guru
yang terkadang hanya sekali dua kali. Teori yang diberikan belum menyentuh dan
melekat dalam pribadi siswa.
Lalu bagaimana caranya?
Selain teori, guru sebagai pribadi yang harus dicontoh setidaknya memberikan
teladan dengan prilakunya terlebih dahulu. Pendidikan perilaku tidak
membutuhk`n teori yang muluk-muluk melainkan contoh yang dapat ditiru. Dengan
teladan yang diperlihatkan guru, guru akan sangat enjoy dalam mengarahkan
perilaku kejujuran siswa/inya bahkan dengan guru berprilaku demikian, guru
tidak akan sungkan memberikan teguran bagi siswa/i yang melanggar tata tertib
budaya yang telah disepakati.
Menumbuhkan budaya
kejujuran jika tidak dimulai dari guru tidak akan memberikan efek positif dalam
pribadi siswa/i. Merujuk pada Rasulullah Muhammad SAW Islam dipeluk dan
diperjuangkan para sahabat awal bukan karena rasulullah membawa al-Qur’an dan
hadits, karena pada masa awal al-Qur’an belum turun. Sejarah mencatat para
sahabat awal memeluk Islam karena melihat perilaku rasulullah dalam
sehari-hari. Rasulullah dikenal sebagai sosok yang jujur, amanah dan berbagai
perilaku baik lainya. Perilaku rasulullah ini mengajarkan kepada kita bahwa
untuk menarik simpati dan mendidik seseorang terlebih dahulu kita harus menjadi
teladan yang bisa menjadi contoh.
Sebuah keniscayaan mengajak
siswa berperilaku jujur apabila kejujuran itu tidak diberikan guru melalui
perbuatan yang dapat dilihat oleh siswa/i baik di sekolah maupun di luar
sekolah.
Bentuk kejujuran seperti
apa yang perlu dibudayakan? Pertayaan ini penting untuk kita jawab. Karena
kejujuran bukan hanya milik lingkungan sekolah tetapi milik seluruh aspek
kehidupan seseorang. Perilaku jujur tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi
juga di luar sekolah. Jadi kejujuran yang perlu dibudayakan adalah kejujuran
dalam interaksi sosial (orang tua, guru, masyarakat), kejujuran dalam amanah
serta kejujuran dalam tugas. Sekali lagi kejujuran ini hanya akan tercipta jika
teori yang diberikan digandengkan dengan perilaku kejujuran yang diperlihatkan
oleh guru-guru di sekolah maupun di luar sekolah.
Contoh yang paling mudah
adalah bagaimana guru berperilaku jujur dalam menyusun perangkat pembelajaran,
jujur dalam mengajar dan jujur dalam berbicara. Dengan budaya kejujuran seperti
ini nyakinlah bahwa menghidupkan budaya jujur di sekolah bukan hanya
angan-angan semata tetapi akan benar-benar tercipta.
Malang, 11
April 2012
8 komentar:
nice posting.. dijaman sekarang kejujuran terdengar dimana-mana, namun kenyataannya itu cuma sebuah suara yang memantul tanpa berbekas.. yup,cuma sekedar kata tanpa tindakan.. orangtua, guru, maupun yg lainnya hanya sibuk memberikan nasehat kejujuran,padahal mereka tanpa sadar melakukan sebaliknya.. tidak heran jika pemuda2 yang tumbuh adalah pemuda yang tak berkarakter, mereka yang kebingungan menghadapi kemajuan jaman.. apalagi saat ini yg menjadi tuntutan dari lembaga pendidikan maupun orangtua adalah prestasi akademik, tanpa memperhatikan nilai2 moral dari peserta didik.. sekecil apapun harapan harus tetap dihidupkan, membangun bangsa yang memiliki attitude.. SEMANGAT!!!
sebagian orang pesimis akan munculnya generasi-generasi jujur di negeri ini. tapi selama ada semangat untuk membangun karakter itu dan diimbangi action dari diri sendiri, pasti Indonesia sebagai bangsa jujur akan tercipta. karakter inilah yang kita inginkan dikenal oleh negara lain bukan malah sebaliknya sebagai negara penuh korup....
heheheh maaf yah bagi yg msh asyik dengan korupnya....
jujur... kata yang mudah diucapkan tapi suuuuusah untuk diaktualisasikan....
caranya bagaimana agar guru-guru bisa jadi teladan bagi kami...
guru-guru saya malah memberikan ilmu tidak sesuai dengan perbuatannya sendiri...
inikan gawat
latihan kejujuran...
Pendidikan dipengaruhi oleh tri pusat pendidikan. Saya yakin kalau di sekolah selalu menanamkan hal-hal yang baik tetapi pengaruh lingkungan rumah yang sangat berpengaruh, karena 2/3 waktu siswa banyak di rumah.Supaya budaya jujur dapat terwujud sebaiknya antara sekolah, orangtua, dan masyarakat harus mempunyai tujuan yang sama.
jujur? kenapa tidak? caranya ..
1. meluruskan niat
2. bangun kesadaran bhw pendidikan bukan sekedar mencari angka ttp lbh pada menanamkan value & atitude dlm kehidupan jangka panjang
3. sadari bhw jika hr ini kita memberikan kebohongan b'arti kita telah memngun generasi pembohong
4. jaga integritas
5. sbg org b'agama, ingatlah bhw ketidakjujuran b'akibat pada dosa & kehancuran
krn koruptor jg sekolah, ini artinya budaya jujur tdk melekat di hati mereka ketika mereka dulu belajar di sekolah, maka jika kita ingin pendidikan b'karakter kita b'hasil,wahai bapak ibu guru ... JUJURLAH, sudahkah kita mnjd uswah dalam b'akhlaqul karimah bagi anak didik kita? sudahkah kita mendidik mereka dengan hati spy kejujuran yg kita ajarkan melekat kuat di hati anak didik kita ....?!
Posting Komentar